Label

Rabu, 27 Februari 2013

3 IN 1


Sampai saat ini, Mesir masih menjadi negara tujuan pelajar muslim dari seluruh penjuru dunia, tak terkecuali pelajar dari Indonesia. Sejak pertengahan abad ke-19, pelajar dari Indonesia yang dikenal dengan ruwaq Jawi berbondong-bondong memasuki Mesir, dengan tujuan utama untuk belajar di universitas Al-Azhar. Selain kuliah resmi, di universitas yang berdiri sejak tahun 972 M ini juga terdapat pengajian umum yang bertempat di masjid Al-Azhar. Pengajian ini bisa diikuti oleh semua kalangan, baik kalangan mahasiswa maupun masyarakat biasa. Bukan hanya itu, terdapat juga pengajian di luar Al-Azhar, seperti di Darul Ifta, Madyafah, Mukattam, dan tempat-tempat lain.

Selain menjadi sumber ilmu pengetahuan Islam, Mesir juga merupakan negeri yang kaya akan peninggalan sejarah, yang biasa dikunjungi oleh turis asing. Negeri Firaun ini terkenal dengan piramidnya, mulai dari pyramids Cheops, Chevren, dan Menkaura, juga Spinx yang melambangkan kejayaan masa lalunya. Bagi seorang muslim yang ingin mengenang kejayaan Islam di Mesir, dia bisa mengunjungi masjid Amr bin Ash, masjid Ahmad Ibn Tulun, benteng Shalahudin Al-Ayyubi, dan peninggalan Islam lain. Para peziarah makam auliya juga bisa khusuk berdoa di makam Sayyidina Husen bin Ali, makam Imam Syafii, makam Sayyidah Zainab, dan makam auliya lain yang tak terhitung jumlahnya. Ummat Kristen pun bisa berwisata religi di Mesir, dengan mengunjungi gereja Al-Mu’allaqa, gereja Virgin, gereja Katedral Santa Marc, dan museum koptik. Ini baru di Kairo, belum lagi di Alexandria dan daerah lainnya.

Mesir memang negara tujuan pelajar muslim, juga turis internasional. Tapi Mesir bukanlah negara kaya, terbukti dengan jumlah pengangguran yang cukup tinggi, yaitu 12 persen dari angkatan kerja. Fasilitas umum, seperti terminal, stasiun, dan pasar masih terlihat kumuh dan kotor. Dan, tidak sedikit anak di bawah umur yang harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Mungkin karena itulah, pemerintah Indonesia tidak mengirimkan TKI ke Mesir.



Calon mahasiswa Al-Azhar dari Indonesia ada yang ‘ala minhah (mendapat beasiswa, dan langsung tinggal di asrama) dan ada yang non minhah. Bagi camaba ala minhah, semua kebutuhannya sudah ada yang mengurus, dan nantinya langsung tinggal di asrama. Tapi bagi yang non minhah, camaba mengurus sendiri segala keperluannya, mulai dari tiket pesawat, visa, sampai kos-kosan di Mesir.

Perlu waktu agak lama dan harus bersabar untuk mendapatkan visa pelajar dari kedutaan Mesir di Jakarta. Sebagian mahasiswa baru dari Indonesia, mungkin sebagian besar, berangkat ke Mesir dengan visa turis. Itu dilakukan karena mereka khawatir tertinggal mengikuti test masuk Al-Azhar, yang kalau sampai ketinggalan, mereka harus menanti test masuk pada tahun ajaran berikutnya. Mereka berani melakukan itu, dengan harapan setelah diterima di Al-Azhar nanti bisa mendapatkan visa pelajar dari kantor imigrasi Mesir.

Al-Azhar tidak memungut biaya pendidikan kepada mahasiswanya. Namun, bagi mahasiswa yang non minhah, mereka masih mengandalkan kiriman dari keluarga. Kalau tidak, kebanyakan mereka akan bekerja. Karena begitu banyak mahasiswa Indonesia di Mesir, mencari ekonomi di sana menjadi relatif mudah. Prinsipnya, dari mahasiswa untuk mahasiswa. Beragam pekerjaan dilakukan, mulai dari jualan tempe, bekerja di warung Indonesia, sampai agen tiket dan pengiriman barang ke Indonesia.

Tentu, mahasiswa Indonesia di Mesir berusaha untuk membagi waktunya, antara belajar dan bekerja. Selain itu, mereka juga menyempatkan diri untuk jalan-jalan menikmati pariwisata negeri Firaun ini. Dan, dengan menunjukkan kartu mahasiswa, mereka akan mendapat tiket khusus yang lebih murah. Seorang mahasiswa Al-azhar pernah menulis di status Facebooknya: [ketika aku ditanya, “Kamu ini mahasiswa, turis, atau TKI?” saya akan menjawab, “Dibilang mahasiswa, ya aku memang mahasiswa, karena aku kuliah di Al-Azhar. Dibilang turis, aku juga sering jalan-jalan ke tempat wisata. Disebut TKI juga boleh, karena aku memang bekerja untuk membiayai hidupku.”]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar