Al-Azhar, selain tidak memungut biaya kuliah, juga memberikan minhah (beasiswa) kepada mahasiswanya yang berprestasi. Minimal predikat maqbul , insya Allah bisa mendapatkan biaya hidup untuk menunjang kelancaran tholabul ilmi. Satu tingkat di atas maqbul, yaitu jayyid, para mahasiswa bisa mengajukan minhah ke Al-Azhar, atau ke Bait Zakat Kuwait. Bait Zakat ini oleh sebagian mereka lebih disukai karena nominalnya lebih besar. Namun, jika sudah mendapatkan minhah dari Al-Azhar, mereka tidak bisa mengajukan minhah ke Bait Zakat, begitu juga sebaliknya.
Mulai tahun ini, tahun 2011, baik Al-Azhar maupun Bait Zakat bermaksud mempermudah administrasinya. Sebelumnya, pengambilan minhah dilakukan secara manual, harus ngantri panjang, dan kadang-kadang uangnya habis sebelum selesai pembagian. Jika sudah seperti itu, terpaksa para penerima minhah harus menunggu hari berikutnya. Supaya lebih mudah, sekarang pengambilan minhah bisa dilakukan lewat ATM. Tidak bosan ngantri, dan tidak takut kehabisan uang.
*****
Suatu hari, beberapa mahasiswa asal Indonesia mengajukan pembuatan ATM di bank yang telah ditunjuk oleh Bait Zakat. Dua orang dari mereka adalah teman akrab, yang dulunya satu almamater di sebuah pesantren di Indonesia. Sekolah bareng, berangkat ke Mesir bareng, dan mendapatkan predikat jayyid bareng. Meski selalu bersama, ternyata si A lebih tua dari si B. Si A lahir tahun 1990, sementara si B setahun lebih muda dari si A.
Berbeda dengan bank-bank di Indonesia, bank di Mesir, dalam hal ini Bank Faisal, mensyaratkan umur 21 tahun bagi para nasabahnya. Saat giliran si A menuju teller, petugas bank hampir saja menolak permohonannya, karena wajahnya yang imut-imut seperti anak 17 tahunan. Apalagi, wajah Asia terkesan awet muda jika dibandingkan dengan wajah Arab. Mungkin si petugas bank mengira si A masih berumur 9 atau 12 tahun. Si A yang merasa ditolak langsung saja protes, bersikukuh bahwa dia sudah cukup umur, karena memang usianya genap 21 tahun. Setelah sebentar adu mulut, akhirnya si A meminta petugas bank untuk meneliti dokumennya. Setelah melihat paspor si A, petugas baru percaya, dan mengabulkan permohonan si A. sukses buat si A, ATM telah di tangannya.
Lain lagi dengan si B. Petugas bank hampir saja mengabulkan permohonannya, dan membuatkan kartu ATM untuknya. Pantas saja, karena penampilannya mirip kyai sepuh, tak pernah lepas peci dan baju koko. Ditambah jidatnya yang agak hitam karena (mungkin) rajin sujud dan jenggotnya yang lumayan panjang, siapapun tak mengira jika umurnya baru 20 tahun. Hampir saja permohonannya dikabulkan, tapi tiba-tiba mata petugas bank menangkap tanggal lahir si B, ternyata si B belum genap 21 tahun..
Alamak..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar