El-Tub El-Ramly, yang oleh warga Indonesia di Kairo disebut dengan Tub Romly, adalah sebuah wilayah kecil yang terletak di pinggiran kota Kairo, tepatnya di distrik 10, Nasr City, Kairo, Mesir. Mantiqoh padang pasir ini berbatasan dengan Swessry A dan Swessry B di sebelah utara, dengan Saqor Qurays di sebelah timur, dan dengan New Nasr City di sebelah barat dan selatan.
Wilayah Tub Ramly dibagi menjadi empat bagian; utara, selatan, tengah, dan barat.
Tub Ramly bagian utara adalah ‘markas besar’ warga Malaysia, karena di sana terdapat beberapa rumah negeri (asrama) yang menampung sekitar seribu pelajar Malaysia, lengkap dengan sarana olahraga, kantin, dan mushola. Hanya ada dua sa’ah (rumah) yang dihuni warga Indonesia, dan selebihnya adalah warga Mesir.
Tub Romly bagian selatan dihuni oleh orang Mesir gunung (jabal), dan merupakan “markas” (maaf) buronan polisi. Meski begitu, ada juga beberapa warga Indonesia yang tinggal di sana.
Adapun Tub Romly bagian tengah adalah ‘markas’ warga Rusia dan negara pecahan Uni Soviet. Warga Malaysia juga lumayan banyak di wilayah itu, meskipun tidak sebanyak di bagian utara. Selain itu, terdapat juga beberapa rumah warga Indonesia, Prancis, Inggris, dan Swedia.
Sebagian besar penduduk Tub Romly bagian barat adalah warga pribumi. Warga asing di sana adalah orang Thailand dan segelintir warga Indonesia.
Seperti wilayah-wilayah lain di Kairo, Tub Romly juga dilengkapi dengan fasilitas umum. Terdapat empat masjid yang tersebar di bagian selatan, tengah, dan barat. Adapun penduduk wilayah bagian utara, mereka satu masjid dengan penduduk bagian tengah. Terdapat juga dua mahattah akhir (terminal); satu mahattah bus besar, yaitu yang masyhur dengan bus nomor 926 jurusan El-Tahrir via Ma’had buuts, dan bus nomor 710 jurusan Ramsis. Mahattah satu lagi adalah mahattah bus tanggung-di Indonesia mungkin sejenis bus ¾- yaitu yang masyhur dengan bus nomor 1 jurusan Ramsis dan bus nomor 13 jurusan Heliopolis.
Warga Indonesia adalah minoritas di wilayah Tub Romly, karena menurut mereka, wilayah yang padang pasirnya masih luas itu dikenal sebagai ‘kampung angker’. Hal itu bisa dimengerti, karena letaknya yang berada lumayan jauh dari keramaian, sepi, dekat padang pasir, menjadi tempat persembunyian residivis, dan isu-isu yang lain. Namun bisa jadi, lima atau sepuluh tahun lagi, wilayah yang terkenal dengan jabal mazbaknya ini akan menjadi kota ramai, terbukti dengan berdirinya perumahan City Tower yang sudah dalam tahap finishing, dan pembangunan Bank Mesir dalam tahap pondasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar