Semakin mendekati Iedul Adha, lapak-lapak eceran kambing semakin banyak. Semakin mendekati Iedul Adha ternyata Kairo semakin dingin. Tentu kebayang bagaimana rasanya berkumul dengan kambing-kambing kurban itu, pasti sangat hangat sekali.
Penjaga calon kambing-kambing kurban sepertinya sudah seperti kambing-kambing kurban itu. Walaupun rambut-rambut penjaga tidak se
tebal rambut kambing-kambing kurban, tapi mereka bisa tidur di samping lapak dengan nikmatnya, hanya beralaskan tikar tipis, dan berselimut sekadarnya.
Calon kambing-kambing kurban adalah harta yang wajib dijaga. Para penjaga kambing-kambing kurban itu harus sholat sambil menjaga. Cukup dengan menggelar apapun yang bisa digelar, para penjaga kambing-kambing kurban bisa sholat dengan khusuknya di samping lapak. Mereka tidak peduli ada cewek cantik dan seksi lewat, tidak peduli juga ada lalu lalang mobil mewah di depan mereka. Mereka tetap sholat dengan khusuknya.
Pemandangan para penjaga kambing tentunya berbeda dengan para pedagang yang sholeh di negeri kita yang kaya raya itu. Kala adzan berkumandang, para pedagang yang sholeh di negeri kita menutup lapak dan tokonya, untuk sholat berjamaah. Tentu ada alasan yang kuat mengapa para penjaga kambing-kambing kurban itu tidak sholat berjamaah di mesjid, barangkali karena mereka yakin jika menjaga harta demi menafkahi keluarga juga berpahala besar.
#Coretan ini ditulis menjelang Iedul Adha 1434, di Kairo, Mesir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar