Syaikh al-Azhar kedua belas: Syaikh Abdullah al-Syarqawi (1150
H -1227 H)
Beliau adalah al-Imam al-Syaikh Abdullah bin Hijazi bin
Ibrahim al-Syafi’i al-Azhari al-Syarqawi. Lahir di desa al-Thawilah Propinsi
Syarqiyah pada tahun 1150 H/1737 M. Setelah menghafalkan al-Qur’an di desa
beliau berangkat ke Kairo untuk menimba ilmu di al-Azhar.
Di al-Azhar beliau menimba ilmu kepada para ulama terkemuka
sehingga beliau menjadi mufti madzhab Syafi’i. Kemudian beliau menapak jalan
sufi dengan berguru kepada Syaikh al-Kurdi. Beliau hidup bersahaja dan
sederhana meskipun telah dikelilingi harta dunia.
Tahun 1218 H/1793 beliau diangkat menjadi Syaikh al-Azhar
menggantikan Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi. Pada Masa kepemimpinan beliau Mesir
dijajah oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Syaikh Abdullah
al-Syarqawi adalah salah satu dari sepuluh ulama Dewan Syuro Mesir yang
berusaha didekati Napoleon. Beliau menasehati hakim Mesir saat itu untuk
bersikap adil kepada rakyat dan tidak membebani mereka dengan pajak yang
tinggi. Atas saran beliau juga, hakim Mesir mengirimkan surat kepada Napoleon
untuk memberi penghormatan secara militer kepada para ulama dan memuliakannya.
Napoleon Bonaparte takjub dengan kepribadian para ulama
al-Azhar yang dikepalai oleh Syaikh Abdullah al-Syarqawy. Dia juga kagum
terhadap Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw, terutama setelah dia pulang
dari Syam. Napoleon mengatakan bahwa dirinya mencintai Islam, mengagungkan Nabi
Muhammad Saw, menghormati al-Qur’an dan membaca setiap hari. Di Mesir dia
bermaksud membangun masjid terbesar di
dunia dan ingin pula dia memeluk agama Islam.
Napoleon mengatakan bahwa jika dirinya masuk Islam maka dia akan
mampu untuk mengislamkan seluruh tentaranya. Dalam sebuah pertemuan dengan para
ulama al-Azhar Napoleon meminta Syaikh al-Syarqowi berfatwa kepada rakyat Mesir
untuk taat dan patuh kepada dirinya. Kemudian Syaikh al-Syarqawi menegaskan
kepada Napoleon bahwa jika dia masuk Islam maka seratus ribu tentara Arab akan berada
di bawah benderanya dan membantunya menaklukkan dunia Timur. Namun Allah
berkehendak lain, Napoleon tidak masuk Islam.
Kedudukan Syaikh al-Syarqawi sangat diperhitungkan oleh
penjajah Perancis. Seringkali beliau membela rakyat dan pemimpin Mesir dari
tindasan penjajah, walaupun pada akhirnya Perancis tahu kalau beliau
bersekongkol dengan tokoh-tokoh Mesir yang lain untuk memberontak kepada
Perancis. Beliau dijebloskan ke dalam penjara al-Qal’ah, namun tidak lama
kemudian dibebaskan karena pihak Perancis membutuhkan beliau.
Setelah Perancis meninggalkan Mesir, rakyat Mesir ditindas
oleh orang-orang Turki Utsmani, orang-orang Kurdi dan orang-orang Dinasti
Mamalik. Rakyat berbondong-bondong meminta perlindungan kepada Syaikh
al-Syarqawi. Akhirnya beliau bersama para ulama dan ribuan rakyat Mesir
menurunkan pemimpin Mesir Hurshid Pasha dan mengangkat Muhammad Ali sebagai
pemimpin yang baru. Saat itulah rakyat Mesir pertama kali memilih pemimpinnya
sendiri. Namun sayang Muhammad Ali ternyata bukan pemimpin yang baik, dia
congkak dan tidak amanah.
Meskipun keadaan Mesir saat itu berkecamuk, namun Syaikh
Abdullah al-Syarqawi tetap aktif menulis. Karya-karya beliau, diantaranya:
-Al-tuhfah al-bahiyyah fi thabaqat al-syafi’iyah
-Al-aqaid al-masyriqiyyah (tauhid)
-Al-Jawahir al-saniyah fi syarhi al-aqaid al-masyriqiyyah
-Hasyiyah al-Syarqawi
-Hasyiyah ala syarh al-Hudhudi
-Syarh hikam ibn Athoillah al-Sakandari
Salah satu jasa beliau adalah membangun ruwaq Syarqawiyah di
masjid al-Azhar. Hidup beliau diabdikan untuk al-Azhar dan rakyat Mesir, hingga
akhirnya beliau wafat pada hari Kamis 2 Syawwal 1227 H.
Sumber: al-Azhar al-Syarif fi
dhaui sirati a’lamihi al-ajilla, karya Dr. Abdullah Salamah Nasr dan
sumber-sumber yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar